Djarum Foundation bersama Tokio Marine Indonesia dan Permatasari Foundation menggelar operasi bibir sumbing dan langit-langit. Sebanyak 33 pasien bibir sumbing menjalani operasi di RS Aisyiyah Kudus.

“Operasi berjalan lancar. Ditangani oleh tim medis yaitu lima dokter bedah plastik dipimpin dr Parintosa, tiga dokter anestesi, perawat dan tenaga medis lainnya," jelas Direktur RS Aisyiyah, dokter Hilal Ariadi, Sabtu (11/9/2019). Dijelaskannya, awalnya ada 57 anak yang mendaftar, kemudian 37 anak mengikuti ujian saringan. Namun, hasil akhir yang bisa dioperasi adalah 33 anak.

“Bakti sosial operasi bibir sumbing ini sudah yang keenam kalinya. Dan, ini menunjukkan komitmen Djarum Foundation bersama Tokio Marine Indonesia dan Yayasan Permatasari untuk membantu tim medis. Dan, pasien yang menjalani operasi tidak hanya dari Kudus tapi juga luar kota seperti Demak, Semarang, Wonosobo dan ada yang dari Cilacap,” ujarnya.

Sementara itu, Presiden Direktur Tokio Marine Indonesia, Sancoyo Setiabudi, menyampaikan rasa terima kasihnya telah bergabung dengan Djarum Foundation dan Permatasari Foundation dapat membantu masyarakat yang sangat membutuhkan bantuan kesehatan. “Corporate Social Responsibility (CSR) kami sudah beberapa kali dilakukan, hanya untuk operasi bibir sumbing saja kali ini,” ujarnya.

Dr. Parintosa, Ketua Tim Bedah Plastik mengatakan, celah bibir dan langit-langit merupakan kondisi cacat khusus yang menyebabkan ketidaksempurnaan pada struktur bibir atau langit-langit mulut. “Ada beberapa faktor penyebab bibir sumbing, antara lain kurang gizi saat hamil trimester pertama,” jelasnya.

Dikatakannya, dari waktu ke waktu teknologi dalam operasi bibir sumbing terus berkembang, ada hal mendasar yang harus kita sepakati terutama berkaitan dengan keselamatan pasien, “Ini bukan operasi darurat, tapi operasi terencana, agar pasien dioptimalkan,” jelasnya. Ia menambahkan, “Seperti anak kecil, ada alat yang dipasang di hidung, seperti dongkrak agar hidung mancung, nanti bisa membantu memudahkan operasi bibir. Banyak persyaratan sebelum operasi, antara lain bayi berusia minimal 10 minggu, HB lebih dari 10 gram per desiliter, leukosit tanpa infeksi, dan lain-lain. “Itu yang membuat dasar anak ini cukup untuk dioperasi,” jelasnya.

Perwakilan Djarum Foundation, Purwono Nugroho mengatakan, operasi gratis ini bertujuan untuk mengembalikan senyum ceria para penderita bibir sumbing agar kedepannya lebih percaya diri dalam menjalani masa depannya. Dengan operasi gratis ini, diharapkan kondisi pasien bibir sumbing menjadi lebih baik. Pasien juga bisa lebih percaya diri setelah operasi. Program operasi bibir sumbing gratis ini diadakan dua kali dalam setahun dan jumlah pesertanya terus bertambah.

“Dengan bergabungnya berbagai pihak akan terjadi sinergi, sehingga kegiatan ini dapat terus berkembang lebih baik, dan pasien dapat terobati dengan cepat,” jelas Purwono Nugroho. Masih di tempat yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Joko Dwi Putranto mengapresiasi kegiatan ini, karena rumah sakit memiliki tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Operasi bibir sumbing merupakan salah satu bentuk kontribusi kepada masyarakat.

Hadir dalam acara tersebut Kepala BPH RS Aisiyah Farida Hidayah, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kudus, Kepala Dinas Kesehatan Joko Dwi Putranto dan dari Agrapana Endang Sri Sarastri. Selain itu, Presiden Direktur Tokio Marine Indonesia, Bapak Sancoyo Setiabudi bersama Shanti Pratiwi, Juliana Chindra, Fajar Ferry Wicaksono, Direktur Rumah Sakit Aisiyah, dr Hilal Ariadi dan Tim Bedah Plastik yang dipimpin oleh dr Parintosa.

Salah satu orang tua pasien asal Wonosobo, Saiful Halwani (22) merasa terbantu dengan adanya kegiatan ini. Ia datang ke Kudus sehari sebelum hari H dan mengetahui jika ada operasi bibir sumbing dari Dinas Sosial setempat. “Anak saya yang dioperasi baru berumur 5 bulan, dan Alhamdulillah berkat kegiatan sosial ini terbantu. Terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang telah membantu," jelasnya kepada media ini.

Sumber: https://isknews.com/33-pasien-jalani-operasi-bibir-sumbing-gratis-djarum-foundation/